EksposSumbar, PADANG - Rencana Dinas Budaya dan Pariwisata Pemko Padang ingin mengeluarkan pedagang yang berjualan dihari hari tertentu saja, Disesalkan Anggota DPRD Kota Padang. Maidestal Hari Mahesa, Sekretaris Fraksi PPP DPRD Kota Padang ini tidak terima perlakuan "main ancam" Kepala Dinas kepada para pedagang pujasera tersebut yang diterbitkan salah satu media cetak

Ia meminta,  OPD jangan main ancam, harusnya ada pembinaan serta arahan terhadap pedagang kecil. "Satu pedagang saja yang diusir, saya akan galang kekuatan di DPRD Kota Padang. Persoalannya bukan karena mereka tidak aktif berjualan atau tidak mau berjualan. Akan tetapi hingga saat ini, kondisi tempat atau sarana pujasera tersebut yang jauh dari memadai," ujar Esa berbincang dengan awak media, Senin (27/11).

Dilihat, sarana mereka sangat minim. Idealnya lokasi mereka harus tertata dengan baik, rapi dan bersih. Contoh, yang sudah kami kunjungi pada saat reses lokasi Pujasera. Penataan gerobak yang dilakukan oleh dinas pariwisata, itu sangat padat. Nyaris seluruh ruangan itu tertutup oleh gerobak yg jumlahnya 49 buah, sehingga pengunjung susah melewati.

Sementara, lampu sebagai pencahayaan sangat minim sehingga sangat gelap dan remang remang. Ditambah Mandi Cuci Kakus ( MCK ) mereka sangat kotor. Harus ada kewajiban dari pemerintah kita untuk juga membenahinya,belum lagi tempat sholatnya yang tidak ada, banyak atap yang bocor dan saluran airnya yang tidak tersalurkan dengan baik",sebut Ketua DPC PPP kota Padang itu.

Ditambahkan, hal yang paling mendasar, ketika mereka dipindahkan dari tempat berjualan awalnya, mereka seakan "dipaksa" masuk kedalam. Akhirnya mereka juga mau berdagang ditempat itu dan selama dua minggu kosong dan sepi pengunjung. Karena sepinya pengunjung tersebut pedagang ini pun sampai kehabisan modal bahkan sampai harus terus menambah hutang.

Maka dari itu kita minta kepada pemko melalui OPD terkait, jangan main ancam ancam lah kepada masyarakat. Kita menyadari juga bahwasanya mereka juga ingin pindah, buktinya mereka sudah mau pindah.lakukanlah dengan sebagai "pengayom dan melayani". Mereka kan masyarakat kita juga, mencari nafkah buat hidup. Bahkan banyak dari mereka yang sudah puluhan tahun berusaha dipantai padang tersebut.

Mestinya lokasi tersebut juga harus dilengkapi dengan sarana prasarananya. Seperti MCK, penerangan, musholla, serta atur mereka dan kebersihannya. Harusnya, sebelum mereka dipindahkan, sarana prasarana mereka harus dilengkapi dulu. Agar mereka nyaman sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak aktif berjualan," kata Anggota Dewan Tiga Periode itu

Esa menilai, kondisi sekarang Pujasera sangat tidak layak untuk pedagang berjualan. Seluruhnya sudah dipenuhi oleh gerobak. Mereka tidak diperbolehkan untuk berinovasi bagaimana penataannya, karena mereka sudah ditekan harus seperti ini.

Sementara kondisinya sudah kita lihat kemaren, sudah sangat terkunci dengan 49 gerobak yang ada disitu dan menutupi pintu masuk Pujasera tersebut. Bahkan gerobak bantuan pemko tersebut banyak juga yang rusak. Bagaimana mungkin tamu dari luar akan masuk untuk belanja karena kondisinya seperti itu," ucap Maidestal Hari Mahesa.

Dikutip Harian Padek, Kepala Dinas Budaya Pariwisata Padang, Medi Iswandi menyebut, untuk menormalkan kondisi dan omzet jual beli pedagang pasca-pemindahan memang membutuhkan waktu, bukan ketika pindahkan langsung ada peningkatan jual beli, semua butuh proses, tidak ada yang instan. 

"Cimpago pun setelah satu tahun berjalan baru ramai dikunjungi. Namun pujasera tetap jadi perhatian kita," ujar Medi.

Memang disebutkan Medi, bagi pedagang yang tidak aktif berjualan di Pujasera selama sebulan, akan dikeluarkan dari Pujasera dan tidak akan ada penggantian pedagang baru.

"Jika ada pedagang yang berjualan saat hari hari tertentu saja mereka akan dikeluarkan dari Pujasera. Karena nantinya mereka akan menjadi pemicu pertengkaran sesama pedagang, lebih baik kita keluarkan," tegas Medi **Arman
 
Top