Padang - Ada yang bertanya kepada saya tentang kecenderungan menulis paslon Emzalmi Zaini dan Desri Ayunda. Sebagian meresfon positif tetapi ada yang mempertanyakan secara tajam dengan dalih paslon lainnya justru lebih diterima publik karena sudah terbukti hasil kerjanya.

Saya mencoba menjelaskan tentang alasan yang kedua. Bahwa kapasitas dan kapabilitas Emzalmi dan Desri Ayunda jauh lebih kuat dan matang untuk mengembangkan dan meningkatkan kota Padang, sebagai sebuah kota menuju besar dan sebagai ibukota provinsi.

Saya berargumentasi bahwa latarbelakang dan visi perkotaan Emzalmi Zaini dan Desri Ayunda sangat mendukung pikiran itu. Sebab Emzalmi Zaini adalah alumnus tata kota dari sebuah perguruan tinggi terkenal. Sementara Desri Ayunda, adalah mantan eksekutif dari sebuah BUMN besar di kota Padang, dan pernah memimpin anak perusahaan bisnis PT Semen Padang di Batam dan Jakarta.

Gabungan dua ilmu terapan ini sangat dibutuhkan oleh kota Padang untuk menuju kota yang lebih berkembang lagi. Sebab kapasitas kota Padang saat ini, dilihat dari sisi pengembangan kawasan kota, belum memadai, yang berakibat terjadinya kelambanan pertumbuhan sejumlah sektor dominan dalam pembangunan sebuah kota.

Kota Padang harus dibangun berdasarkan kebutuhan perkembangan di masa depan, sebab kota Padang memiliki dua fungsi sekaligus, yakni sebagai tempat tinggal sekaligus berusaha bagi warga dan pendatang, serta sebagai ibukota provinsi, dimana di dalam terakhir, dia harus menyediakan fasilitas tambahan untuk kepentingan kabupaten dan kota lain di Sumbar.

Dari peran sebagai kota tempat tinggal dan berusaha bagi warganya dan pendatang, Pemko Padang harus terus memikirkan segala bentuk kebutuhan tersebut secara terencana, terprogram dan paling penting sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kemajuan kota, bukan sekedar ada saja.

Saya berpandangan kota Padang memerlukan kajian aktual kembali terhadap pengelolaan kawasan kota secara menyeluruh dan memuat program antisipatif dari perubahan dan masalah lingkungan dan bencana. Sebab, prinsip dari pembangunan sebuah kota harus linear dengan kenyamanan, keamanan dan bebas dari segala macam resiko bencana.

Siapapun warga dan pendatang, akan memilih tempat hidup dan berusaha adalah sangat mempertimbangkan faktor ini. Itu pula yang kemudian menyebabkan orang cenderung berpindah ke kota yang lebih dinamis untuk melanjutkan hidup dan usahanya. Kita bisa mencermati dinamika itu sudah terjadi di kota Padang.

Sebagai ibukota Provinsi, Padang harus menyiapkan dirinya secara lebih matang, jika tidak, maka beban sosial dari kabupaten dan kota di Sumbar akan berakibat kepada memburuknya wajah kota Padang, terutama pada siang hari. Salah satunya adalah dari sisi angkutan barang dan orang. Realita hari ini, kota Padang seperti tidak mampu lagi mengatasi krisis suplay beban sosial dari kota lain.

Adalah suatu hal yang lazim saja, jika warga di kabupaten dan kota di Sumbar menggunakan fasilitas kota di Padang untuk kebutuhan pribadi dan kegiatan mereka. Untuk itu, mereka siap membayar kompensasi dalam bentuk uang dan imateril.

Disaign kota Padang sebagai pusat kegiatan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat Sumbar harus diwujudkan dalam bentuk program aktual, supaya kota Padang tidak ditinggalkan. Bicara program aksi, apa yang dimiliki kota Padang saat ini belum dalam wujud sebenarnya. Jika kita teliti melihat, masih perlu peningkatan kapasitas.

Apa yang telah disajikan pemko saat ini bukan tidak bagus, salah jika menilai seperti itu. Tetapi jika kita berani jujur, kita akan sepakat bahwa kita masih memerlukan cara kerja dan terobosan besar untuk mengembangkan kapasitas kota Padang, baik sebagai tempat tinggal dan pusat konsentrasi kegiatan sektoral.

Saya yakin dan percaya, jika kota Padang mendapatkan pemimpin yang ahli mengelola isu perkotaan, kota Padang akan berubah menjadi kota yang lebih cantik, nyaman, dan menarik. Study paling menarik adalah, bagaimana membangun manajemen lalulintas dan jalan, fasilitas bisnis, dan tempat bermain keluarga yang menyenangkan, serta keluar dari masalah krodit di perkotaan.

Terus terang, jawaban tentang semua ini, menurut saya ada pada figur Emzalmi Desri. Sebab keduanya memang gabungan ideal dari dua kapasitas yang saling menguatkan, untuk protipe kota Padang yang lebih melegakan. 

Dan keduanya juga tidak terpasung oleh doktrin partai berlebihan dan menganggap diri dan kelompoknya lebih hebat, dan menganggap sepi kritikan dan masukan dari pihak luar.
Saya berpandangan, walikota Padang harus bebas opini dari intervensi partai dan cenderung berpikir political sentris. Sebab masalah perkotaan tidak bisa diselesaikan dengan teknik pencitraan, tetapi perlu ilmu dan pengalaman.

Itu, alasan saya.

Penulis ** Awaluddin Awe
Pengamat dinamika perkotaan
 
Top