Ekspos Sumbar (Padang) - Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang (UIN IB) melaksanakan peluncuran perdana Buku" Perjalanan Prof. Dr. Amir Syarifuddin Melebihi Setengah Abad Menjadi Guru Agama" dalam acara Penyerahan Penghargaan atas Dedikasi dan Pengabdian  Akademik Dosen Fakultas Syariah UIN IB Padang pada hari Jumat 30 November 2018 yang lalu di aula fakultas tersebut. 

Hadir dalam acara itu Rektor UIN IB yang diwakili oleh WR III Dr. Ikhwan, SH, M. Ag, Dekan Fakultas Syariah Dr. Efrinaldi, Guru Besar Fak. Syariah-Prof. Dr. Makmur Syarif, SH, Prof. Dr. Asasri Warni, MH, Wakil Dekan Nurussalihin, Ph. D, Dr. Yusnita Eva, para dosen, Kabag TU Drs. H.Syafaruddin, para pegawai, dosen purna tugas dan ahli waris dari dosen yang telah meninggal dunia. Di antara dosen yang telah pensiun yang hadir adalah Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Drs. Ali Umar Ganti, Rafni, M. Pd, Dra. Gusnida, MA dan dan lainnya.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Amir Syarifuddin menyampaikan pengalamannya tentang bagaimana respon masyarakat terhadap guru agama. Kadang kala dipandang sebelah mata. Suatu kali sambil menunggu penerbangan diberangkatkan disebuah bandara, ia berbincang-bincang dengan seorang calon penumpang lainnya. 

Orang itu menanyainya: "Bapak tugas dimana". Prof. Amir menjawab: "Saya adalah Guru Agama". Lalu orang itu merespon dengan agak tak acuh sambil berkomentar: "Ooh". Prof. Amir merasa agak diremehkan. 

Lalu keduanya terdiam dan tidak ada lagi percakapan. Sampai akhirnya setelah berselang sekian lama, orang itu baru bertanya lagi: "Bapak mengajar dimana?". Prof. Amir menjawab: "Saya mengajar di Pascasarjana IAIN IB Padang, Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan di Pascasarjana Universitas Kebangsaan Malaysia". 

Lalu kemudian orang itu terdiam seribu bahasa dan percakapan terhenti sampai di situ. Hadirin tertawa riuh sambil bertepuk tangan mendengarkan penuturan Prof. Amir.

"Ini suatu gambaran bahwa profesi aebagai guru agama kurang menarik dan kurang mendapat tempat di hati aebahagian masyarakat. Inilah salah satu yang melatarbelakangi penulisan buku ini imbuh Prof. Amir. 

Sehingga kita harapkan ke depan kita harus lebih selektif dalam memilih dan mengangkat dosen.

Melalui profesi sebagai guru, saya bisa berkeliling dunia, ceramah di New York, Philadelfia, dan Wasington DC Amerika Serikat. Bahkan saya pernah berceramah dalam Sidang Senator Belanda ketika pertanggungjawaban Ratu Juliana," imbuh Prof. Dr. Amir Syarifuddin. 

Dr. Efrinaldi mengungkapkan rasa ta'zim dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Amir Syarifuddin yang dalam usia senja masih mempunyai kesempatan kan kemauan untuk menulis buku, mudah2an akan ditiru oleh para dosen muda di zaman now ini. 

"Semoga kita dapat meneladani guru kita Prof. Dr. Amir Syarifuddin-sebagai seorang intelektual di tengah-tengah para intelektual,"ujarnya.

Sementara itu, Rektor UIN IB yang diwakili oleh WR III-Dr. Ikhwan, SH, M. Ag dalam sambutannya menyampaikan, bahwa begitu pentingnya menghormati dan menghargai seorang guru. 

"Saya masih ingat bagaimana situasi kelas ketika mengikuti perkuliahan bersama Prof. Amir". Wakil Rektor ini menyampaikan sepotong hadits Rasulullah SAW yang artinya: "Tidak termasuk kelompok kami orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar, tidak menyayangi orang yang lebih kecil dan tidak pandai menempatkan orang alim". 

Umar Ibnu Khattab mengatakan: "Bersikap kamu terhadap orang-orang yang kamu pernah menuntut ilmu darinya. 

Ia sangat mengapresiasi Fakultas Syariah yang mempraktekkan bagaimana mempertahankan etika kepada guru. Kita para dosen sekarang harus mempertahankan kepribadian di samping intelektual. (Getri Ardenis)
 
Top