eXpos Sumbar – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Padang mengapresiasi langkah Polda Sumatera Barat (Sumbar) yang telah bekerja keras dalam memberantas aksi tawuran dan balap liar di wilayah tersebut.
Apresiasi ini disampaikan oleh Ketua DPRD Padang, Muharlion, dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah awak media di ruang kerjanya, Senin (20/1).
Muharlion menilai bahwa meskipun masih ada oknum warga yang terlibat dalam tawuran, namun upaya kepolisian dalam memberantas pelaku tawuran dan balap liar telah menunjukkan hasil yang cukup optimal.
"Walau masih ada warga yang melakukan aksi tawuran, kinerja Polda Sumbar sudah cukup optimal dalam memberantas pelaku tawuran dan balap liar di sejumlah titik di Kota Padang," ungkap Muharlion saat konferensi pers.
Lebih lanjut, Muharlion mengingatkan pentingnya sinergi antara berbagai pihak untuk mendukung upaya Polda Sumbar dalam memberantas tindakan tawuran yang meresahkan masyarakat.
"Kepolisian tidak bisa bekerja sendiri. Oleh karena itu, sinergitas antara cerdik pandai, ulama, dan niniak mamak sangat penting untuk membantu memerangi aksi tawuran ini. Kita semua harus turut serta dalam melaporkan potensi tawuran kepada pihak berwajib," tambahnya.
Terkait dengan maraknya peredaran senjata tajam rakitan yang sering digunakan dalam tawuran, Muharlion juga menegaskan agar para pengrajin logam dan toko las tidak turut serta dalam pembuatan senjata tajam untuk para pelaku tawuran.
"Saya ingatkan kepada pandai besi dan pemilik toko las, jangan menerima pesanan pembuatan senjata tajam untuk para pelaku tawuran. Jika hal ini bisa dihentikan, tentunya aksi tawuran yang menggunakan senjata tajam rakitan dapat diminimalisir," tegas Muharlion.
Tawuran Sebagai Eksistensi di Media Sosial
Sementara itu, sosiolog dari Universitas Negeri Padang, Dr. Eka Asih Febriani, S.Pd., M.Pd, mengungkapkan bahwa tawuran yang terjadi di kalangan remaja saat ini banyak dipengaruhi oleh faktor eksistensi di media sosial.
"Menurut pengamatan saya, tawuran saat ini lebih banyak dilakukan sebagai bentuk eksistensi kelompok remaja yang diekspos di media sosial. Mereka seringkali sengaja mengatur lokasi bentrokan yang telah disepakati antara kedua kelompok. Tawuran kini bukan hanya soal pertikaian fisik, tetapi juga berkaitan dengan gaya hidup yang dipromosikan para pelaku melalui media sosial," jelas Eka.
Eka juga menyoroti bahwa tawuran kini telah beralih dari sekadar solidaritas kelompok ke ranah kriminalitas yang merugikan banyak pihak. Solidaritas remaja, yang seharusnya berlandaskan kepedulian sosial, justru seringkali menimbulkan perilaku negatif berupa kekerasan.
"Pada usia remaja, mereka mulai membentuk solidaritas sosial. Sayangnya, solidaritas ini kerap berujung pada perilaku negatif yang merugikan, seperti tawuran. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama," tambah Eka.
Pentingnya Peran Orang Tua dan Lingkungan
Eka juga mengingatkan pentingnya peran orang tua dan lingkungan sekitar dalam mencegah terjadinya tawuran. Pendekatan yang dilakukan melalui tingkat RT/RW dinilai sangat efektif dalam mengurangi potensi terjadinya aksi kekerasan tersebut.
"Orang tua harus lebih ketat dalam mengawasi anak-anaknya, terutama dalam hal interaksi sosial setelah Isya. Begitu juga dengan peran RT/RW dalam menjaga ketertiban dan memberikan arahan kepada masyarakat. Jika tindakan tawuran masih terus terjadi, pemerintah harus memberikan sanksi tegas sesuai dengan hukum dan peraturan daerah yang berlaku," tutup Eka.
Upaya kolaboratif dari berbagai pihak diharapkan dapat menciptakan Kota Padang yang bebas dari tawuran dan balap liar demi terciptanya ketertiban dan kenyamanan masyarakat.
(WD)