eXpos Sumbar - Festival Tabuik adalah salah satu tradisi budaya yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari Kota Pariaman, Sumatera Barat. Setiap tahun, tradisi ini selalu menyita perhatian ribuan pengunjung dan menjadi daya tarik utama pariwisata kota tersebut.
Festival Tabuik adalah rangkaian ritual yang dilaksanakan setiap bulan Muharram untuk memperingati kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam pertempuran di Padang Karbala.
Tahukah kamu bahwa Festival Tabuik terdiri dari beberapa prosesi ritual yang kaya akan makna dan simbolisme?
Festival ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1826 Masehi, dan tiap tahunnya selalu berhasil menarik perhatian masyarakat luas, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Berikut adalah tujuh ritual atau rangkaian tradisi Tabuik yang rutin diselenggarakan pada Festival Tabuik,beserta maknanya.
1. Maambiak Tanah - Awal dari Semua Ritual
Ritual pertama yang menandai dimulainya Festival Tabuik adalah prosesi Maambiak Tanah. Ritual ini dilaksanakan pada tanggal 1 Muharram, yang bertujuan untuk mengambil tanah dari dasar sungai.
Proses ini dilakukan dengan cara menyelam dan mengambil tanah dari dasar sungai, kemudian tanah tersebut dibungkus dengan kain putih dan dibawa pulang ke rumah Tabui.
Prosesi ini melambangkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah, serta melambangkan kesucian.
2. Manabang Batang Pisang - Simbol Ketajaman Pedang
Ritual Manabang Batang Pisang dilaksanakan pada tanggal 5 Muharram, empat hari setelah Maambiak Tanah. Prosesi ini melambangkan ketajaman pedang yang digunakan untuk membunuh Husain bin Ali di Padang Karbala.
Dalam ritual ini, batang pisang ditebas menggunakan pedang yang diarak keliling kota. Setelah ditebas, batang pisang tersebut dibawa ke rumah Tabuik untuk disimpan di dalam daraga (tempat penyimpanan tabui).
3. Maatam - Simbol Kesedihan Atas Kematian Husain
Pada tanggal 7 Muharram, ritual Maatam dilaksanakan. Ritual ini melibatkan perempuan yang berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan ritual seperti pedang dan sesaji.
Para perempuan ini menangis sebagai simbol kesedihan atas kematian Husain dan semua korban perang lainnya di Padang Karbala. Ini adalah bagian dari upacara penghormatan kepada mereka yang gugur dalam perjuangan.
4. Maarak Jari-Jari - Mengarak Panja sebagai Simbol Potongan Tubuh
Ritual Maarak Jari-Jari juga dilaksanakan pada tanggal 7 Muharram setelah Matam. Dalam prosesi ini, dua kelompok Tabuik, yaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa, mengarak keranjang yang berisi Panja. Panja ini berisi tiruan potongan tubuh Husain dan korban perang lainnya.
Diiringi dengan suara gendang Tasa, prosesi ini menambah kemeriahan acara dan ditutup dengan Basalisia, bentrokan antara kedua belah pihak sebagai bagian dari tradisi.
5. Maarak Saroban - Pengumuman Kematian Husain
Pada tanggal 8 Muharram, dilaksanakan ritual Maarak Saroban, yang berarti mengarak Saroban (keranjang berisi bahan sesaji) diiringi dengan suara gendang Tasa. Ritual ini bertujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat bahwa Husain telah gugur dalam perang Karbala. Miniatur tabui yang disebut Tabui Lenong diletakkan di atas kepala anak laki-laki sebagai simbol penghormatan.
6. Tabuik Naik Pangkat: Penggabungan Dua Bagian Tabuik
Ritual Tabuik Naik Pangkat dilaksanakan pada dini hari, tepat pada tanggal 10 Muharram. Dalam upacara ini, dua bagian dari tabuik yang telah dibuat sebelumnya akan disatukan dan diarak menuju pantai.
Tabui adalah keranda bertingkat yang dihias dengan bunga dan kain bludru. Penggabungan kedua bagian ini melambangkan persatuan dan kebersamaan dalam memperjuangkan kebenaran.
7. Hoyak Tabuik - Puncak Dari Semua Ritual
Puncak dari seluruh rangkaian Festival Tabuik adalah Hoyak Tabuik, yang dilaksanakan pada petang hari tanggal 10 Muharram. Dalam prosesi ini, tabuik yang sudah dipersiapkan akan digoncang-goncangkan dan kemudian dibuang ke laut. Membuang tabuik ke laut melambangkan bahwa orang yang telah meninggal memiliki tempat kembali dan perlu dilepaskan dengan kerelaan hati.
Festival Tabuik adalah perpaduan antara tradisi, agama, dan budaya yang mempesona. Setiap ritual yang dilaksanakan bukan hanya memiliki makna yang dalam, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial masyarakat Pariaman. Festival ini terus berkembang dan menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan yang datang ke Sumatera Barat.
Festival Tabuik akan menjadi momen yang penuh makna dan keindahan, yang tidak boleh dilewatkan. Jadi, jangan lupa untuk merencanakan perjalananmu ke Kota Pariaman dan ikut meramaikan festival ini!
(Windi)