Bupati Irfendi Arbi saat pelewaan Pandeka Maharajo Ameh

Limapuluh Kota -  Bupati Limapuluh Kota, Irfendi Arbi resmi dianugrahi gelar Pandeka Maharajo Ameh usai dilewakan oleh Pucuak Bulek Minangkabau, Tengku Irwansyah, Angku Dt. Katumanguangan, Jasrizal Dt. Prapatieh Nan Sabatang, dan Y Dt.  Srimaharajo Bamego Mego.

Proses malewakan atau pengukuhan dilakukan di Lembah Harau, Kamis 19 Desember 2019. Pemberian gelar ini diberikan karena, Irfendi Arbi dinilai berperan aktif melakukan pembinaan terhadap seni dan budaya khususnya silek tradisi di Kabupaten Limapuluh Kota.

"Gala pandeka ini bukanlah gala sembarangan, karena hanya orang-orang terpilihlah yang bisa mendapatkan. Beliau (Irfendi Arbi,red) diberi gelar karena memiliki unsur dasar dalam hidupnya, Agama, Adat dan Adab. Karena Gala Pendeka merupakan harga diri yang tinggi, sebagai urang minang," ujar Pucuak Bulek Minangkabau, Tengku Irwansyah Angku Dt Katamangguangan.

Dikatakan, silek tradisi dan silat sangatlah berbeda, dimana silek tradisi berfungsi sebagai membela harga diri, bukan membela diri. Untuk itu, silek tradisi tidak bisa dipartandingkan karena silek minagkabau adalah yang terbaik.

"Dengan diberi gelarnya Irfendi Arbi yang kebetulan menjabat Bupati Limapuluh Kota, bisa membangkitkan kembali silek tradisi Minangkabau terutama di Kabupaten Limapuluh Kota," ujarnya.

Senada, Pamuncak Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabu, Rothman.S. Dt. Paduko Basa Pandeka Sago menyebut, penganugerahan gelar pandeka kepada Irfendi Arbi, karena dinilai sudah berkontribusi terhadap pengembangan Silek Tradisi Minangkabau di Luak Limopuluah.

“Beliau sudah berbuat untuk pengembangan seni budaya. Kita berharap dengan penganugerahan gelar pandeka ini, silek seni tradisi Minangkabau dapat lebih diperhatikan lagi,” katanya.

Ditambahkan, untuk pengembangan silek tradisi di daerah memang butuh perhatian serius dari pemerintah daerah. Apalagi Silek Tradisi Minangkabau sudah diakui Unesco sebagai warisan dunia nonbenda milik Ranah Minang.

“Untuk silek tradisi sendiri ada tiga komponen yang selalu diajarkan tiga komponen utama, yaitu agama, adat, adab. Sebagai salah satu seni budaya asli Ranah Minang, pengembangan silek tradisi sejalan dengan pengembangan dunia pariwisata di daerah," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Limapuluh Kota, Nengsih menyebut, Silek tradisi Minangkabau harus terus dikembangkan dan lestarikan.

"Untuk promosi wisata, budaya menjadi salah satu cara yang dinilai ampuh.
Untuk tahun ini kita memiliki program pengembangan budaya, termasuk silek tradisi Minangkabau,” jelasnya.

Pihak Disparpora juga tengah merancang kegiatan festival silek Minangkabau. Melalui kegiatan itu diharapkan terjadi peningkatan kunjungan wisatawan ke Limapuluh Kota.“Kita laksanakan event internasional untuk promosi objek wisata kita, ke wisatawan lokal ataupun mancanegara,” pungkasnya. (Her)
 
Top